BELAJAR DARI FLU SPANYOL
#DAY5
Allah punya cara untuk mengingatkan manusia sebagai mahluk yang lemah. Pandemi ini jadi pelajaran, bahwa kehidupan manusia tidak lepas ketentuan Allah SWT. Ternyata kisah manusia menghadapi pandemi sudah Allah uji, jauh sebelumnya. Flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918, menginfeksi sepertiga populasi dunia dan menewaskan kurang lebih 50 juta orang pada saat itu.
Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang mau belajar dari kejadian sebelumnya. Sejarah mencatat, bahwa Indonesia yang saat itu mesih bernama Hindia Belanda, juga terdampak flu spanyol. Kasusnya mirip seperti pandemi covid-19 yang saat ini mewabah. Beberapa fakta yang bisa diungkap, saya buat dalam penggalan berikut :
• Layanan Kesehatan Masyarakat (Burgerlijke Geneeskundige Dienst, BGD) oleh Hindia Belanda, sudah melakukan pendataan dengan sangat rapi sejak tahun 1912. Pencatatan menjangkau hingga tingkat kecamatan dan kelurahan, sebagai aksi antisipasi penyakit meular dari luar pulau Jawa saat itu. Ini menjadi sesuatu hal yang luar bisa. Hingga pada saat pandemi flu spanyol benar-benar melanda Jawa, pendataan sudah siap dilakukan.
• Laporan menyebutkan, bahwa kasus infeksi pertama terjadi pada Juli 1918. Pandemi sendiri terjadi pada bulan September 1918, hingga mencapai puncaknya pada akhir November 1918. Jadi kurang lebih rentan waktu lima bulan, sejak dari penemuan infeksi pertama. Mungkin hal ini bisa juga menjadi barometer waktu pandemi saat ini.
• Pada saat pandemi melanda, pencatatan tentang jumlah korban khususnya di Pulau Jawa sudah terperinci secara mingguan. Sayangnya data semacam itu, belum terbuka secara transparan saat penanganan pandemi covid-19 saat ini.
• Pada tahun 1919, saat pandemic masih melanda, BDG memerintahkan untuk membuat komite untuk penyelidikan pandemic, yang salah satu anggotanya adalah Profesor Dr Sardjito, pendiri Palang Merah Indonesia.
• Pandemi memiliki ‘ekor’ yang sangat panjang. Tingkat kematian menurun setelah November 1918. Namun kondisi bisa kembali normal pada September 1919. Itu artinya hampir satu tahun untuk masa pemulihan.
![]() |
Penyuluhan tentang kebersihan oleh Layanan Kesehatan Masyarakat di Jawa, 1920-an. Sumber: Wikimedia - theconversation.com |
• Penyebaran pandemi tidak merata si berbabagai pelosok Jawa pada saat itu. Kepdatan penduduk suatu daerah tidak menjamin prosentase orang yang terjangkit. Tercatat pada September 1919 terdapat korban 906.000 jiwa melayang akibat pandemi ini, dengan jumlah populasi di Pulau jawa saat itu sebenyak 37 juta jiwa. Data menunjukan hal yang sama juga terjadi di pulau-pulau lain, dimana prosentasi kematian mencapai 2,5% dari populasi penduduk saat itu.
• Pandemi juga berdampak pada faktor pertumbuhan ekonomi saat itu. Walau pandemi cukup parah, namun hasil pertanian, perkebunan, kopra, karet dan minyak bumi masih bisa diandalkan. Hingga pendapatan domestic bruto (BPD) Hindia Belanda tahun 1918 tercatat 3% dan tahun 1919 tercatat 6,6%. Hal itu lebih baik, karena tidak sampai pada angka minus. Bagaimana dengan ekomoni Indonesia saat ini?
Semoga catatan diatas bisa membuat mata kita terbuka.
Sebagai masyarakat kecil, kita bisa berdoa. Semoga para pemimpin negeri ini dapat amanah dalam mengemban tugas, hingga kita semua dapat keluar dari ancaman krisis ekonomi.
Wallahualam.
Referensi :
- - -
Salurkan zakat, infak, sodaqoh, dan waqaf anda melalui Yayasan Sahabat Madani Mandiri
Bank BNI Syariah
845 122 086
a.n Sahabat Madani Mandiri
Info dan konfirmasi ke 0811 8495 598
0 Response to "BELAJAR DARI FLU SPANYOL"
Post a Comment