RUANG DOA DALAM RUMAH KITA



Rumah Idaman Kita

Namanya Pak Sawiri. Pekerjaannya tukang becak. Baru-baru ini, ia berhasil mendidik putrinya hingga lulus menjadi mahasiswa terbaik ITB, dengan IPK 4,0. Sebuah prestrasi yang membanggakan, ditengah hidup yang sarat dengan kesederhanaan. Cerita perjuangan yang menyentuh, memang selalu membuat mata kita terbuka, bahwa kekayaan bukanlah segala-galanya.

Lain lagi dengan cerita keluarga penuh cinta Ust. Budi Darmawan. Beliau yang pernah mengisi kajian di PT. Relife Property baru-baru ini, dikaruniai 13 anak, 9 laki-laki dan 4 perempuan. Selain melahirkan penghafal-penghafal Al-Qur’an, putra dan putrinya juga berhasil dalam bidang pendidikan di dalam dan luar negeri. Cerita kedua orang tersebut, tentu mengusik keingintahuan kita. Rumah macam apa yang mereka bagun, hingga dapat tumbuh generasi yang membanggakan?

Petuah Ustad, rumah adalah madrasah atau tempat pendidikan dalam keluarga. Oleh karenanya, wajib bagi orang tua untuk menciptakan suasana belajar dan komunikasi yang baik di dalamnya. Anda setuju? Ya. Cukup banyak contoh, rumah yang dibangun dengan mewah, namun pada akhirnya hanya menjauhkan para penghuninya saja. Kesenjangan terjadi karena jarang berinteraksi. Maka wajar, jika ada sebuah nasehat dari orang tua kita dulu, tentang rumah. “Tak perlu lah, kau bangun kemewahan. Namun tumbuhkan lah kehangatan!”. Jadi benar adanya. Dalam keluarga, konsep ‘mewah’ itu  hanya masalah selera. Sedangkan ‘hangat’ adalah syarat mutlak yang harus ada di dalamnya. Kali ini saya memaksa anda untuk setuju :)

Dulu masa kecil, saya mengagumi konsep rumah yang tergambar dalam film “Little House on the Prairie”. Rumah idaman, bagi saya. Rumah petani dengan struktur kayu tersebut, terasa hangat dan jauh dari kesan mewah. Walau sederhana, namun fasilitasnya lengkap karena dibangun oleh Ayahnya sendiri. Film yang dibintangi oleh Michael London itu, memang menginspirasi. Ada tungku api di ruang keluarga, tempat  bercengkrama. Meja makan lebar tempat mereka berdoa. Kamar kecil di lantai dua, dengan tempat tidur bertingkat. Sumur timba di samping rumah. Dan tentunya saja, kandang ayam dan domba di pekarangan belakang. Oh, semua ada! Barangkali jika kita diperbolehkan memilih tinggal di desa, saya akan memilih konsep rumah seperti ini ;). Konflik yang membesut dalam film ini adalah potret keluarga yang harmonis dan relijius. Karena apalah artinya rumah, jika tidak ada interaksi antara penghuninya dengan Sang Pencipta?



Arti Rumah Bagi Keluarga Muslim


Sesungguhnya Allah itu baik. Dia suka kepada yang baik. Dia juga bersih, suka kepada yang bersih. Dia juga mulia, suka kepada yang mulia. Dia juga dermawan, sangat suka kepada yang dermawan. Oleh karena itu bersihkanlah halaman rumahmu, janganlah kamu menyerupai orang-orang Yahudi
(Riwayat Tarmizi).

Setiap orang mempunyai tujuan hidup. Dan konsep dari tujuan hidup tersebut terwujud dalam bentuk sebuah keluarga. Dengan keberadaan keluarga itulah, tujuan hidup diarahkan bersama yang dibangun dalam sebuah rumah. Rumah pada hakikatnya adalah tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan. Rumah dalam keluarga muslim menceminkan simbol-simbol bagi para penghuninya.




1.       Simbol Ketakwaan

Konsep rumah adalah masjid adalah sebuah hal yang sangat penting dalam rumah tangga muslim. Rasulullah menjadikan masjid sebagai tempat membina ummat, tempat mengelola urusan kenegaraan, pengadilan, pembinaan dan menjalin ukhuwah. Dalam skala yang lebih kecil, kita harus membawanya ke dalam rumah. Ayah sebagai kepala keluarga dan Ibu sebagai wakilnya, menjadi tokoh utama dan penggerak di dalamnya. Keduanya harus menjadi contoh yang baik dan tempat belajar bagi seluruh anggota keluarganya. 


Indikasi ketakwaan dalam rumah akan terpancar dari penataan yang selalu berorientasi pada aspek ibadah. Meskipun bukan menjadi syarat mutlak adanya musholla dalam rumah, namun sudah sepantasnya, ada ruang yang dikhususkan bagi para penghuninya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pojok ruang doa yang tenang dan indah akan menambah kekhusu’an anggota keluarga dalam beribadah. Di ruang itu pula, proses pembinaan keluarga di mulai. Tempat pengadilan bila terjadi perselisihan dan tausiah sebagai jalan keluar. Untuk proses belajar, ruang doa dalam keluarga tersebut juga akan semakin menarik bila ditempatkan sebuah perpustakaan yang menunjang. Tentu saja, Al-Qur’an sebagai pedoman keluarga, menjadi bacaan favorit agar terus dibaca dan dikaji secara rutin.


Sekarang, mari kita contoh, bagaimana sesungguhnya Rasulullah SAW menata rumahnya.  Dari referensi yang saya dapat, ternyata rumah Rasulullah hanya berukuran 3 x 5 meter, dengan tinggi 2,5 meter. MasyaAllah. Tentu kita memaknainya, bahwa sebagai suri tauladan ummat, beliau hidup dalam sebuah kesederhanaa dan jauh dari kesan glamor. Sedangkan dalam referensi yang  lain, kita juga bisa membandingkan, rumah Rasulullah SAW dengan ukuran yang lebih luas lagi saat beliau masih hidup bersama Sayiddina Khadijah. Dari reruntuhan rumah yang masih tertinggal, nampak jelas bahwa Rasulullah selalu menempatkan ruang ibadah sebagai ruang yang harus ada di dalamnya.  

  
2.       Simbol Perjuangan Hidup

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dianjurkan untuk mencari nafkah seolah-olah hidup seribu tahun lagi. Artinya, dibutuhkan ruang untuk mengatur dan mengelola hidup, mengatur siklus bekerja, beristirahat, rekreasi dan juga berinterkasi dengan buah hati. Untuk itu, tidak dipermasalahkan jika kita membuka usaha untuk menopang ekonomi keluarga di dalam rumah. Bahkan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan Khadijah. Mereka dipertemukan dalam jodoh, saat Rasulullah bekerja untuk menjajakan barang dagangan milik Khadijah ke negeri Syam. 

Jika kita mau mengambil pelajaran dari kisah tersebut, ada makna yang sangat luar biasa. Khadijah menyadari bahwa fitrahnya sebagai wanita, memilih untuk menjadikan tempat tinggal untuk mengendalikan bisnisnya. Sedangkan Rasulullah, diberi kuasa untuk pengembangan di luar rumah. Sebuah simbol perjungan hidup bersama yang dibalut dalam  kasih sayang. 

Tentu saja, untuk menunjang semua aktifitas tersebut, kita harus dapat menata rumah dengan desain yang menarik. Ruang dalam rumah harus direncanakan dan dibangun sesuai dengan kebutuhan. Tata letak yang baik akan menjadi penunjang, yang mendukung penghuninya untuk dapat bekerja dan beristirahat dengan nyaman.
   
3.       Simbol Pembentuk Generasi 

Menurut Rasulullah SAW, ada empat unsur kebahagiaan dunia yang kita punya; perempuan saleha, rumah yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang enak (hadits riwayat Ibnu Habbin).  Jadi, rumah luas (dalam pengertian yang tidak berlebihan) yang menjadi unsur kebahagiaan dunia, istri dan anak-anak saleh juga merupakan bagian dari kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka sudah semestinya rumah digunakan untuk mewujudkan keluarga yang senantiasa mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Muhammad Al Fatih, Sang Penakluk Konstatinopel tidak lahir dengan sendirinya. Ayahya Sultan Murad II dan Kakeknya Sultan Bayazid I, sudah mempersiapkan kemenangan yang gemilang tersebut dari jauh-jauh hari sebelumnya.


“Sungguh, Konstatinopel akan ditaklukan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.”
(HR Ahmad)

Pak Sawiri dan Ust. Budi Darmawan adalah orang-orang terpilih, yang terindikasi menjadikan rumah sebagai konsep pembinaan generasi yang baik. Tak menjadi soal bagi orang tua dalam mendukung anak, untuk mewujudkan apapun cita-citanya. Mereka berhak memilih sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Yang menjadi syarat sebuah keberhasilan orang tua adalah, saat anak-anak menjadi orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Dan hal tersebut dibuktikan dalam proses, selama mereka berjuang dalam mewujudkan cita-citanya. 


Kontribusi ReLife Dalam Menjaga Spiritual Penghuni Di Lingkungan Perumahan


PT. RelifeProperty, sebagai perusahaan yang terus berkembang telah berusaha  mewujudkan rumah sebagai dasar dari pembentukkan generasi yang membanggakan tersebut. Dalam skala yang lebih luas, hunian yang mengedepankan konsep ketakwaan dan pembinaan, terus diupayakan  agar dapat terwujud.

 Indikasi keberhasilan itu pun mulai nampak. Saat ini, dengan tagline "heavenly home for living", kompek hunian Relife Greenville Cilengsi telah dibangun. Kompek hunian seluas 15 hektar tersebut, diwujudkan dengan cita-cita menjadi hunian hijau, yang ramah lingkungan dan mengembalikan fungsi penyeimbang habitat alam. 

Masjid Al Barakah yang terpusat menjadi jantung kompek hunian, berdiri dengan megah. Masjid tersebut menjadi saksi dari aktifitas harian penghuninya dalam bekerja dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.

Masterplan Relife Greenville Cilengsi



Masjid Al Barakah Relife Greeville - Cilengsi


SDIT Insan Mandiri - Cilengsi


Kontribusi Relife dalam menjaga semangat spiritual penghuni dalam lingkungan perumahan juga terus dihidupkan. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Mandiri - Cilengsi telah berhasil dibangun. Pembangunan sekolah tersebut, sebagai wujud nyata dari kinerja Relife, untuk membetuk generasi mandiri. Sekolah yang telah meraih penghargaan dari KPI Award (2013) sebagai Sekolah Nasional kategori "Sekolah Model Multiple Intelligence" tersebut, kini terus bembenahi diri.  
 

Keceriaan murid-murid SDIT Insan Mandiri - Cilengsi

Kedepan Relife akan terus berkomitmen dalam pembangunan properti di tanah air, untuk dapat mewujudkan konsep hunian indah, yang berorientasi pada pembentukkan generasi yang mandiri. Dengan komitmen tersebut, Relife berharap akan lahir generasi penerus, yang  dapat mengangkat  kebanggan Indonesia, di mata dunia. 

Berkaca kepada para pendahulu, bahwa generasi membanggakan itu tidak akan lahir, tanpa adanya pendahulu yang mau untuk mewujudkan. Generasi yang membanggakan itu, barangkali belum akan lahir bersama kita. Namun cita-cita dan harapan yang akan mewujudkannya. Kita berharap, mereka akan lahir dari anak atau cucu kita. Yang terpenting saat ini adalah menjaga dan berusaha mewujudkan cita-cita tersebut. Maka terus lah berdoa...

Sudah sepantasnya kita mengadirkan ruang doa dalam setiap sisi kehidupan kita. Karena pada hakikatnya, ruang doa itu bukan hanya pada bentuk fisik dalam rumah dan lingkungan tempat kita tinggal saja. Namun ruang doa yang hakiki adalah ruang yang harus ada dan kita jaga di dalam hati kita masing-masing. 

Wallahualam bi showab.

- - -


*Tulisan ini dipersiapkan untuk Lomba Artikel Relife - Ramadhan 1438H

0 Response to "RUANG DOA DALAM RUMAH KITA"

Post a Comment