Allah Memilihkanmu Untukku

Selepas fajar, masih ada gudah. Meninggalkan masjid Al-Hikmah ba'da acara qiyam berjamaah bersama teman-teman, serasa masih punya beban.

Saya butuh kepastian. Sebab, sudah beberapa pekan bagai tak mendapat jawaban. "Kalau memang tak pantas, mengapa ada bimbang?". Mata ini terus mencari benda yang kiranya bisa memberikan jalan keluar. Hingga akhirnya saya menemukannya di pinggir jalan. Telepon umum.

Saat uang koin masuk dan nada panggil terhubung, saya sudah memantapkan jawaban untuk memulai proses yang baru saja. Ego saya membela. Kenapa harus lebih lama menunggu? Saya ini kan, ikhwan, soleh, berwajah lumayan walaupun peghasilannya pas-pasan. He he..
Namun jawaban Ustad yang saya hubungi, malah diluar perkiraan.

"Antum kemana saja? Ana sudah menelpon rumah antum sejak kemarin", sela Ustad, sebelum saya mengutarakan tujuan menghubunginya. "Akhwatnya InsyaAllah ingin proses lebih lanjut."

Rupanya kami memang saling mencari satu sama lain. Maklum belum ada hape pada jaman itu.

Subhanallah. Jawaban Ustad saat itu, mencairkan gunung es. Saya sudah berazzam saat itu, bahwa kesempatan pertama adalah yang terbaik. Berat jika harus membanding-bandingkankan kreteria, apalagi harus bermain hati dalam memilih pasangan. Biar Allah saja yang menyeleksi. Karena pilihanNya, pasti yang sempurna. Alhamdulillah, walau keislaman saya belum seberapa, namun saya sudah meyakini itu...

Allah juga yang punya rencana. Betapa aral melintang selama proses ta'aruf saat itu sangat mudah untuk kami lewatkan.

Tanggal ini, di Masjid Palapa, tujuh belas tahun yang lalu. Janji menjadikanmu menjadi jalan surgaku, telah kuucapkan. Serasa masih banyak hal yang aku belum tahu dan perlu banyak belajar darimu.

Semoga Allah senantiasa memberkahimu atas kekuranganku.

Selaksa cinta buat Neng...

0 Response to "Allah Memilihkanmu Untukku"

Post a Comment